By
pelatuk bsc -
Kamis, 17 Mei 2018
-
No Comments
|
Konferensi Peneliti dan Pemerhati Burung Indonesia (KPPBI 4) @UNNES
“Peran Generasi Muda dalam Penelitian
dan Konservasi Burung. STOP Perburuan dan Perdagangan Ilegal”
Merupakan kalimat yang digaungkan
oleh Ibu Margareta Rahayuningsih selaku Ketua Konferensi Peneliti dan Pemerhati
Burung Indonesia 4 Semarang sekaligus sebagai tema KPPBI tahun ini. Selanjutnya
acara dibuka dengan gegap gempita peserta yang memenuhi ruangan utama
Auditorium Universitas Negeri Semarang.
Konferensi Peneliti dan Pemerhati
Burung (KPPBI 4) kali ini diadakan di Semarang tepatnya di Universitas Negeri
Semarang pada tanggal 8-10 Februari 2018. Seperti halnya acara perburungan yang
lain, KPPBI menjadi ajang tempat pertemuan para pengamat burung di Indonesia.
Mulai dari berbagai komunitas burung di berbagai universitas maupun masyarakat
umum yang peduli dengan perburungan bergabung menjadi satu dalam Auditorium
UNNES. Umur pun tak jadi acuannya, mulai dari anak-anak sampai orang tua
melebur menjadi satu dalam acara tahunan tersebut.
KPPBI ini merupakan konferensi burung
pertama yang pertama kali saya jejaki dan turut berkecimpung mempersiapkannya
dari jauh-jauh bulan. Dengan berbekal emblem hitam berlogo burung Pelatuk Besi
betina dan kaos hijau berlogo burung Kepudang Kuduk Hitam dengan sigap turut
mengawal jalannya acara KPPBI.
Disini saya bertemu dengan
orang-orang hebat dalam perburungan. Mulai dari mahasiswa-mahasiswa perburungan
dari berbagai organisasi di universitas-universitas Indonesia maupun para
suhu-orang yang sudah lama berkecimpung di perburungan- yang saling bertukar
salam maupun kabar dan berdiskusi mengenai masa depan perburungan Indonesia.
Selain itu, acara ini diisi oleh 11 keynote
speaker yang nantinya akan mengisi pada hari pertama dan kedua. Untuk hari
ketiga, acara akan diisi oleh kegiatan tambahan berupa birdwatching dan workshop.
Pada hari pertama (8 Februari 2018)
setelah acara pembukaan KPPBI 4, acara dilanjutkan dengan pemaparan dari
beberapa keynote speaker. Setelah
itu, acara dilanjutkan dengan pemaparan hasil karya peserta berupa paper
mengenai masalah perburungan di Indonesia yang dibagi menjadi beberapa bilik. Untuk
topik abstrak yang digunakan yaitu Burung di Habitat Alami; Burung di Habitat
Termodifikasi; Raptor dan Burung Pantai; Penangkaran dan Perdagangan;
Ekomorfologi, Ekofisiologi, Etnoornitologi, Parasitologi, Zoonosis, Perilaku
dan Molekuler. Begitupun pada hari kedua (9 Februari 2018) yang memiliki agenda
sama dengan hari pertama hanya saja di akhir acara ada upacara penutupan KPPBI
4 dengan resmi dan penghargaan dengan beberapa kategori. Dilanjut kegiatan
tambahan KPPBI 4 (10 Februari 2018) untuk kegiatan birdwatching yang lokasi pelaksanaannya di Rawapening dan kegiatan workshop yang lokasi pelaksanaannya di
Auditorium UNNES dan Fakultas Teknik. Untuk materi workshop yaitu Penelitian
dan Konservasi Raptor, Penandaan Burung/IBBS, dan Standarisasi Metode Perkiraan
Populasi dan Okupansi Burung.
Beberapa anggota dan dewan kehormatan
Pelatuk BSC juga turut menjadi pemaalah oral pada KPPBI 4. Ketua Pelatuk BSC,
Christopher Nicholas Yoshuaki Prakoso mengikuti sidang parallel dengan judulnya
Pengembangan Birdwatching Tour Guide Map
(BTGM) melalui Kajian Kekayaan dan Kelimpahan Burung dalam Mendukung
Potensi Ekowisata di Rawapening Kabupaten Semarang. Selain itu ada juga Erik
Prasetyo dan Rina Rahmawati, dewan kehormatan Pelatuk BSC. Raka Aditya
Pramunandya dan Ratih Perwita Sari, anggota Pelatuk BSC angkatan X dan XI. Kelima orang tersebut memaparkan materinya pada
hari kedua.
| Sesi sidang parallel @KPPBI 4 |
Saat sesi sidang parallel, terlihat
seorang pemuda dengan senyum lebarnya mempresentasikan karyanya di depan
orang-orang yang lebih tua darinya. Bilik pemaparannya penuh seketika oleh
orang-orang yang penasaran dengan pemaparannya di depan khalayak umum. Dia
peserta termuda di acara ini, namanya Kaysan. Dari awal ia menjejakkan kaki di
depan Auditorium, ia sudah menjadi sorotan oleh orang-orang. Rasa takjub dan
‘wah’ menyelingkupi saya ketika melihatnya langsung yang sebelumnya hanya
mendengar kabar-kabar yang beredar. Dia adalah salah satu generasi muda yang
nantinya akan menjadi penerus perjuangan pengamat dan peneliti burung
Indonesia.
Ada juga sebuah pemandangan yang
membuat saya tertarik pada acara KPPBI 4 ini. Mungkin sudah biasa jika terjadi
diskusi singkat antar pengamat burung pada suatu acara tetapi ada yang berbeda
kali ini yaitu diskusi tersebut tidak lagi menjadi diskusi singkat namun
menjadi diskusi panjang untuk menemani malam yang cukup dingin dikarenakan
hujan turun cukup lebat. Baik di dalam maupun di luar ruangan utama auditorium,
berjejer dan melingkar beberapa orang mengutarakan pendapat mereka mengenai
perburungan Indonesia. Ada juga dari mereka yang tertawa membahas cerita lalu,
jauh sebelum akhirnya mereka bertemu kembali di KPPBI 4. Mungkin ini terlihat
biasa saja bagi orang lain namun bagi saya hal ini adalah sebuah pemandangan kumpul
bareng atau yang bisa dikata temu kangen yang mungkin sudah menjadi agenda
wajib pada setiap acara sebelum akhirnya berpisah setelah KPPBI 4 selesai.
Begitupun ketika acara KPPBI 4
selesai, peserta masih berkumpul, berdiskusi di dalam maupun di luar ruang
utama. Ada beberapa peserta yang memutuskan untuk berkeliling Semarang sebelum
ia pulang ke peraduan. Hal itu membuktikan bahwa diskusi perburungan tidak
hanya semata dibicarakan ketika acara berlangsung namun sudah menjadi hal yang
biasa untuk dilakukan dan hal yang wajib yang harus dibicarakan ketika ada
event dalam dunia perburungan seperti KPPBI 4 diadakan.
KPPBI selanjutnya, Universitas
Andalas-Padang menjadi destinasi berikutnya bagi pengamat dan peneliti burung
untuk melanjutkan diskusinya yang sempat terpotong dan semoga dapat terlaksana
dengan lebih banyak peserta serta lahirlah sosok-sosok Kaysan yang lain.
Intan Nawang Wulan
Angkatan XI
|
|
|
Share This:
Pelatuk Bird Study Club
Underbow di bawah HIMA yang bergerak dibidang konservasi burung
No Comment to " KPPBI 4 Semarang : Ajang Kumpul Bareng Perburungan "