Menu

Pengamatan Burung Bersama Anggota Pelatuk BSC Sebagai Bagian dari KAP BSC 2017 di Medini, Kendal

         Hello guys, Pelatuk BSC coming back! Ada acara terbaru nih dari Pelatuk BSC UNNES yaitu LPJ Akhir Tahun dan Pemilihan Ketua Baru, setelah pembahasan LPJ dan pemilihan ketua Pelatuk BSC UNNES 2017 yang memakan waktu hingga tengah malam pada Sabtu (28/1), Pelatuk BSC bersama para Mahaguru Pelatuk BSC mengadakan pengamatan dan pendataan burung, Minggu (29/1).
 
         Ah sebelumnya ada yang ingin ditanyakan kepada kalian. Apakah kalian tahu tentang Pelatuk BSC? Pasti kalian membayangkan tentang burung pelatuk bahkan kalian membayangkan kartun Woody Woodpecker. Tebakan kalian mendekati benar, Pelatuk BSC adalah sebuah organisasi dibawah naungan Hima Biologi UNNES yang kegiatan didalamnya adalah mengamati burung. Selain menjadi pengamat burung, kami juga merupakan pemerhati burung yang turut menjaga kelangsungan keberadaan hidup burung di Indonesia. Tetapi kami bukan pengamat burung yang menangkap burung kemudian mengurungnya di dalam sangkar. Bukan... bukan itu melainkan kami me
ngamatinya di alam bebas mulai dari daerah pantai, kota, hutan maupun rawa. 

       Kegiatan yang biasa kami lakukan adalah birdwatching di daerah kampus UNNES Sekaran, mengawasi berapa jumlah spesies yang terdapat di kawasan UNNES. Apakah jumlah spesies bertambah banyak atau ada penambahan spesies dalam kawasan UNNES. Sekian dulu ya cerita tentang jati diri Pelatuk BSC UNNES. (Fina Risqotul Husna)

        Pengamatan kali ini berlangsung di Kebun Teh Medini yang terletak di Desa Ngesrep Balong, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Jalur untuk pengamatan dibagi menjadi empat jalur dengan jumlah anggota lima hingga enam orang. Dan disetiap jalur ada Mahaguru yang siap membimbing kami. Ngomong-ngomong untuk Mahaguru ini adalah senior-senior yang sudah lama berkecimpung dalam ilmu perburungan. Kembali ke empat jalur tadi, kebetulan sekali tempat kami menginap berhadapan langsung dengan Gunung Genthong, Hutan Pinus dan perkebunan teh. Pengamatan yang kami lakukan dimulai pada pukul 06.00 dikarenakan cuaca yang sedikit berkabut setelah semalaman diguyur hujan.

         Pada jalur pertama ini jalur yang ditempuh tidak terlalu jauh tetapi melewati tanaman semak belukar yang penuh dengan duri, jadi pada saat pengamatan melewati jalur 1 yaitu jalur menuju atas kita harus berhati hati dalam berjalan dan pandai pandai mengamati sekitar kita. Kami berangkat pengamatan bersama 5 orang pengamat lain, dengan menggunakan 3 teropong binokuler satu diantaranya teropong yang lebih kecil dibandingkan dengan yang lain. Pada saat perjalanan melalui jalur 1 ini medan yang kami tempuh cukup berat, mulai dari jalqn yang licin, terjal dan berkelok. 

         Pada saat pemberhentian pertama kami melihat burung cucak loreng jawa terlihat bertengger di tajuk tengah suatu pohon berjumlah dua ekor, ada juga kutilang sedaang terbang sekitar 6 ekor setelah itu ada serindit jawa, lalu kami segera melanjutkan perjalanan menuju titik pengamatan yang kedua yaitu berada persis di sebelah kuburan kami melihat banyak spesies burung termasuk burung serindit jawa lagi berjumlah kurang lebih sekitar 50, ada juga takur tulung tumpuk berjumlah satu ekor, lalu juga ada elang bondol satu ekor terlihat pada tajuk tengah suatu pohon.

        Setelah berada di spot pengamatan 2 kaami melanjutkan perjalanan pengamatan menuju titik pengamatan yang ketiga berada di tepi jurang kami melihat beragam jenis burung yaitu ada cekakak sungai selain terdengar suaranya tampak juga burungnya terlihat pada tajuk atas suatu pohon, ada juga walet linci berjumlah 3 ekor. Lalu setelah itu kami melanjutkan ke spot yang ke empat melewati jalan yang penuh dengan rintangan melewati jalan setapak untuk satu orang, tebing yang menjorok ke jurang lalu juga melewati sungai yang kadar airnya sangat dingin mengingat pengamatan ini dIlakukan di daerah pegunungan, pada saat turun lalu menyeberang sungai dan naik disitulah spot ke empat untuk pengamatan ini. Di situ kami melihat spesies burung kutilang 3 ekor, ada juga sikatan belang.

         Setelah mencapai batas waktu yang telah ditentukan pukul 09.30 WIB kami memutuskan untuk kembali ke barrak melalui jalur yang berbeda, pada saat perjalanan kami pun secara tak sengaja melihat sesosok jenis burung elang, tetapi tidak tahu itu jenis elang apa karena tampak dari bawah dan terlihat samar samar pada saat elang itu terbaang dan pergi meninggalkan kita, selain elang kita juga melihat tepekong jambul sekitar 8 ekor berada pada tajuk atas tajuk tengah dan ada yang sedang terbang. Setelah beberapa menit kami melanjutkan perjalanan dan kami pun memilih jalur yang lain dari jalur berangkat, kita melewati jalur bebatuan tetapi sudah tersusun secara rapi sehingga dalam perjalanan tidak terlalu mengganggu, dan saat itu lah kami bertemu warga setempat dan tidak lupa saling sapa. (Erik  Aprillian Donesia)

       Jalur yang kelompok kami dapatkan adalah jalur dua dengan arah menuju kebun teh yang kemudian turun untuk masuk ke wilayah hutan. Kelompok kami terdiri dari enam orang yang sudah termasuk satu orang Mahaguru yang biasa kami panggil Mas Panji. Sebelumnya kami berangkat dengan kelompok jalur satu yang memang satu arah sebelum akhirnya kami berpisah di tengah jalan. Beberapa orang dari kelompok lain mengikuti rombongan kami sambil mengaku-ngaku kelompok kami. Tidak lain karena adanya Mahaguru Panji yang terkenal dengan ensiklopedia burung berjalan. Mas Panji hanya tertawa melihat kami mendorong-dorong anggota yang tak diundang itu untuk keluar dari jalur kami. Mereka tetap bersikukuh sambil meyakinkan kepada kami bahwa kami kekurangan personil. Tidak... kami tidak kekurangan personil kok.

       Memasuki kawasan kebun teh kami disambut dengan Cucak kutilang dan Walet linchi yang memang tak terhitung jumlahnya di daerah ini. Kami juga disambut dengan suara burung Wiwik yang rupa-rupanya seperti mengejek kami untuk mencari keberadaannya. Setelah bosan dengan kawasan kebun teh yang tidak mendapatkan apapun burung kecuali Cucak kutilang dan Walet linchi. 

       Akhirnya kami memasuki daerah hutan dengan menyeberangi sungai kecil. Ketika melalui sungai ini, kami disambut dengan suara Meninting. Setelah melewati sungai kecil, medan yang sebenarnya mulai terlihat. Tanjakan seperti biasa bisalah kami lewati tetapi semakin keatas tanjakan yang bukan biasa cukup membuat kami bersusah-susah untuk menaikinya. Butuh waktu yang lama dan medan yang terjal untuk sampai di tempat tujuan yang tepat untuk mengamati burung. Sempat kami berhenti untuk berbagi minuman dan makanan meskipun hanya satu botol air mineral dan satu bungkus roti. Sesampainya di tempat tujuan kami, kami mulai mengamati kalau-kalau ada burung yang lewat.

         Setelah lamanya kami menunggu akhirnya kami pun memutuskan untuk kembali ke barak dan kebetulan kami sudah lelah dan waktu sudah menunjukkan untuk kembali. Tiba-tiba salah satu dari kami berteriak menunjuk ke arah atas kami. Sebuah burung elang sedang melakukan soaring tepat diatas kami. Berwarna coklat dengan sayap yang tidak meruncing yang menandakan bukan jenis Alap-Alap. Tetapi kami tidak bisa mengetahui nama spesies burung elang tersebut yang jelas bukan Elang ular bido dan bukan Elang hitam. Selain itu ada banyak jenis burung yang tiba-tiba keluar selama perjalanan kami pulang ke barak seperti Sepah hutan, Cabai bunga api, Merbah cerukcuk, Jingjing batu, dan masih banyak lagi sampai kami bingung untuk mengamatinya.

       Kami mendapatkan Elang ular bido yang tiba-tiba melakukan soaring di samping kami. Penyambutan selamat tinggal yang luar biasa yang tentu saja membuat kami senang. Meskipun kami tidak mendapatkan apapun selama berangkat tetapi dengan penyambutan selamat tinggal itu membuat kami bersemangat kembali dan pulang ke barak dengan beberapa pertanyaan. Terlebih lagi elang yang tak tahu namanya yang membuat kami penasaran hingga saat ini.

         Setelah pengamatan dan pendataan burung tersebut tercatat terdapat 11 spesies burung di jalur dua ini. Beberapa spesies burung yang mendominasi di jalur dua ini antara lain Walet linchi dan Cucak kutilang. (Intan Nawang Wulan)

        Jalur 3 bersamaan dengan jalur 4 menuruni kebun teh dan berpisah dipersimpangan, dengan mengambil jalur lurus menuruni kebun teh dan memasuki hutan pinus. Tak banyak burung yang bisa kami lihat ketika memasuki hutan namun, ada beberapa suara burung yang terdegar baik sayup-sayup maupun jelas terdengar yang artinya burung tersebut berada dekat dengan kami. Namun, setelah beberapa lama kami mencari dan memfokuskan mackinon kami berdasarkan sumber suara tersebut kami masih tidak menemukan keberadaan burung-burung tersebut, kemungkinan besar burung tersebut berukuran kecil dan menyelinap diantara dahan dan ranting pohon dibagian bawah jurang disamping hutan pinus yang kami masuki.
       
        Perjalanan kami lanjutkan dengan memasuki bagian hutan yang semakin dalam, disana kami menemukan seekor burung tepat diatas kami. Tetapi karena cahaya matahari yang mulai terik, kami hanya bisa melihat siluetnya saja tanpa mampu melihat warna pada keseluruhan burung tersebut. Sehingga, dalam proses identifikasi, kami tidak bisa memastikan spesies burung tersebut. Semakin kami masuk kedalam hutan, keadaan tidak jauh berbeda ketika kami memasuki hutan pinus tadi. Tidak banyak spesies burung yang kami temukan, hingga akhirnya kami memutuskan untuk menuju ke area air terjun yang berada tidak jauh dari titik pengamatan kami saat itu.

         Ketika sampai di air terjun tersebut, aliran air cukup deras jika dibandingkan dengan aliran air pada waktu biasanya (mungkin dikarenakan cuaca dan seringnya hujan). Disekitar air terjun tersebut, seorang Bapak (atau mungkin lebih tepat Mas-Mas) membawa beberapa tanaman (tampaknya akan melakukan penanaman, mengingat disekitar air terjun banyak tanaman yang mati atau busuk karena seringnya diguyur hujan atau karena banjir). Karena tidak banyak spesies burung yang terlihat disekitar air terjun, kami memutuskan untuk membantu “Bapak” tersebut menanam pohon dan sekedar membersihkan sampah serta batang-batang pohon yang hanyut disekitar aliran air terjun (untuk menghindari adanya penyumbatan kalau-kalau suatu saat alirannya bertambah deras), meskipun fokus kami untuk pengamatan burung bukan berarti harus mengesampingkan kelestarian lingkungan sekitar bukan? Iya kita harus menjaga kelestarian lingkungan.

      Setelah selesai, kami berpamitan untuk kembali ke penginapan dan keberuntungan kami (mungkin juga imbalan atas bantuan yang kami berikan hhehhe), kami mendengar dan melihat dari kejauhan dua ekor elang hitam yang tengah terbang disisi bukit yang berseberangan dengan hutan pinus yang kami masuki. Elang tersebut tengah “soaring” dilangit dekat bukit, sedangkan satunya “soaring” dilangit terbuka diantara dua bukit yang terpisahkan oleh lembah yang cukup dalam. (Riantika Damayanti)

        Bersamaan dengan jalur 3 tadi, Jalur ke 4 ini merupakan jalur kearah hutan pinus namun belok kanan, memasuki Hutan yang dinamakan Hutan Gentong. Jalanya cukup licin karena samping kiri jurang, jalan tanahnya hanya untuk satu orang dan kita harus turun melewati sungai, kemudian naik ke hutan gentong . Selama perjalanan menuju hutan gentong sebelum melewati sungai, kami tidak menemukan jenis burung apapun karena medanya yang gelap penuh dengan tumbuhan dan tidak memungkinkan untuk burung mendapatkan makanan di wilayah tersebut, baru ketika melewati sungai dan naik menuju hutan gentong terlihat langit dan pohon-pohan yang tinggi .

          Burung pertama yang kami amati saat menginjak Hutan Gentong adalah sepah kecil kemudian wallet yang sedang terbang tidak lama kami melihat burung di pohon yang mati ketika kita mengamati dengan binok ternyata Keladi ulam kemudian kami melihat lebih dari 10 kutilang di tajuk atas dan bawah dalam satu pohon , kita juga mengamati adanya burung yang besar leher merah dengan tubuh bagian atas hijau pucat dan paruh hijau yang kita sebut kadalan birah di tajuk atas selain melihat, kami bisa mengamati burung yang satu ini dengan mendengar suaranya yaitu burung wiwi yang berada tepat di atas pohon sebelah kami, saat perjalan pulang kami melihat burung yang kecil bewarna hijau dan ada warna merahnya terlihat kecil sekali saling terbang dan ada yang berada di tajuk atas sehingga kami kesusuhan mengamati ternyata merupakan burung Serindit Jawa dan satu burung lagi yang prilakunya berada di batang dan tidak di ranting, yaitu Takur Tulung Tumpuk . (Nurul Mauludah)


Share This:

Pelatuk Bird Study Club

Underbow di bawah HIMA yang bergerak dibidang konservasi burung

No Comment to " Pengamatan Burung Bersama Anggota Pelatuk BSC Sebagai Bagian dari KAP BSC 2017 di Medini, Kendal "

  • To add an Emoticons Show Icons
  • To add code Use [pre]code here[/pre]
  • To add an Image Use [img]IMAGE-URL-HERE[/img]
  • To add Youtube video just paste a video link like http://www.youtube.com/watch?v=0x_gnfpL3RM